16 research outputs found

    Soil quality assessment of the rainfed lowland ricefields under organic and conventional farming systems in Kaliwungu (Central Java)

    Get PDF
    Rainfed lowland rice is grown in land where the irrigation systems depend on rainwater. The use of chemical fertilizers in large quantities in order to improve production of rice will result in soil quality degradation. In order to improve the condition of the soil, a system of organic farming was provided. The aim of this study was to quantify soil quality in rainfed lowland ricefilds using soil quality indexes (SQI) and to compare SQIs of farming system under organic and conventional fertilization. The sample consists of seven sample points on soil fertilized organically and three sample points on soil which is managed in a conventional way, each taken from 5 subpoints at a depth of 0–30 cm and analyzed for 12 soil variables. The best representative soil quality variables forming a minimum data set (MDS) were selected using principal component analysis (PCA), and soil quality scores were obtained using both linear and non-linear scoring functions. The study results indicate that in case of organic farming system, the soil quality was better (SQI = 2.079) when compared to its quality in the conventional farming system (SQI = 1.397). The selected indicators used as the MDS are soil porosity, cation exchange capacity (CEC), soil organic carbon, C/N ratio, soil permeability, available-P (Av-P), and electrical conductivity (EC

    PERKEMBANGAN TANAH DARI BAHAN INDUK VULKANIK DI DESA CILELES, KECAMATAN JATINANGOR

    Get PDF
    Proses pembentukan dan perkembangan tanah di lokasi penelitian merupakan langkah awal untuk diketahui dalam upaya mendapatkan informasi karakteristik tanah. Pengembangan lahan pertanian memerlukan informasi dasar tentang tanah dengan mengetahui semua sifat atau karakteristik tanah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perkembangan tanah yang berkembang dari bahan induk vulkanik. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan survei, pengamatan tanah dilakukan dengan pembuatan profil tanah. Hasil penelitian  menunjukkan tanah di Cileles berkembang dari bahan volkan basaltik yang menunjukkan adanya ketidaksinambungan litologi (lithologic discontinuity), tingkat perkembangan tanah berlangsung pada tahap viril atau kambik dan klasifikasi tanah menurut soil taxonomy 2014 kategori sub group yaitu Fluventic Humudepts

    Mapping of Soil Degradation Status on Various Land Slope in Paranggupito, Wonogiri

    Get PDF
    Soil degradation causes in loss of soil function in supporting living things. The slope of the land has a potential to cause soil degradation. This study aims to provide scientific information on the status of soil degradation in the form of a map, and to provide recommendations for improvement based on the determinant factor. Land map units were determined by overlay of maps; soil type, rainfall, slope, and land use. Research area were divided into 12 LMU, and each of it was repeated by 3 site samplings. Analysis of soil degradation status accordings to Government Regulation of the Republic Indonesia. ANOVA was used to determine the effect of the land slope on the soil degradation status. Correlation analysis used to know the relationship between the parameters with soil degradation. The result shows the status of soil degradation is slightly degraded (R.I) in 6.032,44 ha (100% area research) with different limiting factors. Land slope 16-25% has the highest impact on soil degradation with the determinant parameters were bulk density and a total of porosity. Soil bulk density increases along with increasing steep slope. Efforts to improve the status of soil degradation are by giving organic matter and minimizing soil tillage.Kerusakan tanah menyebabkan hilangnya fungsi tanah dalam mendukung makhluk hidup. Kemiringan lahan berpotensi menyebabkan kerusakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah tentang status kerusakan tanah dalam bentuk peta, dan memberikan rekomendasi perbaikan berdasarkan faktor penentunya. Satuan peta lahan ditentukan dengan overlay peta; jenis tanah, curah hujan, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Wilayah penelitian dibagi menjadi 12 unit lahan, dan masing-masing diulang sebanyak 3 titik pengamatan. Analisis status kerusakan tanah mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Uji statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh kemiringan lahan terhadap kerusakan tanah, dan hubungan antara parameter dengan kerusakan tanah sebagai faktor penentu. Hasil penelitian menunjukkan status kerusakan tanah ringan (RI) seluas 6.032,44 ha (100% wilayah) dengan faktor pembatas yang berbeda-beda. Kemiringan lahan 16-25% memiliki dampak paling tinggi terhadap kerusakan tanah dengan faktor penentunya adalah berat volume dan porositas total. Berat volume tanah meningkat seiring dengan bertambahnya kemiringan lereng. Upaya untuk memperbaiki kerusakan tanah adalah pemberian bahan organik dan meminimalkan pengolahan tanah

    Evaluasi Masa Tanam Berdasarkan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Indeks Kecukupan Air (IKA) untuk Pengembangan Produksi Jagung di Giritontro, Indonesia

    Get PDF
    Berubahnya durasi musim menjadikan pergantian musim kemarau dan musim hujan tidak menentu. Tanaman pangan yang dibudidayakan pada lahan sawah tadah hujan dan tegalan seperti jagung mudah mengalami cekaman karena ketersediaan air dipengaruhi oleh iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui SPI (Standardized Precipitation Index) dan Indeks Kecukupan Air (IKA) guna menentukan masa tanam yang tepat untuk tanaman jagung di Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri. Pelaksanaan penelitian dengan metode deskriptif eksploratif, data curah hujan rata-rata Kecamatan Giritontro 1.750-2.250 mm per tahun. Metode yang digunakan adalah Standardized Precipitation Index dan Indeks Kebutuhan Air, dengan alat analisa berupa aplikasi Rstudio dan Cropwat 8.0 yang mengolah data curah hujan dalam 9 tahun terakhir (tahun 2012 sampai 2020). Titik pengamatan dan pengambilan sampel tanah ditentukan menggunakan data spasial (curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan jenis tanah) wilayah penelitian. Parameter kondisi aktual tanah yang diamati diantaranya kadar lengkap, struktur tanah, tekstur tanah, dan bahan organik. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan uji ANOVA dan Pearson correlation. Penghitungan indeks kekeringan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) dengan aplikasi Rstudio dan Indeks Kecukupan Air (IKA) dengan aplikasi Cropwat 8.0 berdasarkan data curah hujan pos BBWS di Giriwoyo. Kondisi tanah aktual diamati diantaranya kadar lengas, struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik, data curah hujan 9 tahun terakhir (2012-2020), data spasial Kecamatan Giritontro untuk peta pengamatan dan pengambilan sampel. Analisis data yang dilakukan ialah uji korelasi antara indeks kekeringan dengan indikator pengamatan. Hasil indeks kekeringan rata–rata wilayah penelitian pada tahun 2012–2020 termasuk kategori mendekati normal berkisar antara -0,94-0,87. Indeks kekeringan berhubungan dengan tesktur tanah dan dipengaruhi oleh kemiringan lereng. Indeks kecukupan air tanaman jagung antara 0,47–0,91 dari bulan Januari sampai Desember. Penentuan awal masa tanam paling efektif pada bulan November. Alternatif pencadangan air tanah dapat melalui pembuatan dam parit yang berfungsi sebagai penampung aliran air permukaan

    GROWTH AND YIELD OF WATERMELON (Citrullus vulgaris) IN SUBSURFACE FERTIGATION USING CLAY POT ON ALFISOL AND ENTISOL

    Get PDF
    This study aims to identify the effect of spacing from subsurface irrigation sources and soil type on the growth and yield of watermelon plants. The research was carried out in the experimental field in Sukosari Village, Karanganyar Regency, with sub-irrigation using clay pots. The experiment used a nesting design with 2 types of soil, namely Alfisol (T1) and Entisol (T2), and the spacing of 4 plants from clay pots was 5 cm (J1), 10 cm (J2), 15 cm (J3), and 20 cm. cm (J4). The research data were analyzed by ANOVA, and if it had a significant effect, then Duncan's test was continued, at a 95% confidence level. The results showed that the treatment of jatropha affected the growth and yield of watermelon plants. Planting distance of  5 cm caused plant height, fruit weight, shoot fresh weight, and shoot dry weight to be higher than other treatments. The type of soil that produced the best watermelon plants was Entisol soil were plant height, shoot fresh weight, and shoot dry height were higher than in Alfisol soil, but for fruit weights the two were not much different.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh jarak tanam dari sumber irigasi bawah permukaan dan jenis tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman semangka. Penelitian dilaksanakan di lapangan percobaan Desa Sukosari, Kabupaten Karanganyar, dengan sub-irrigation menggunakan kendi liat. Percobaan menggunakan rancangan bersarang dengan 2 jenis tanah yaitu Tanah Alfisol (T1) dan Entisol (T2), dan jarak tanam 4 tanaman dari pot tanah liat yaitu 5 cm (J1), 10 cm (J2), 15 cm (J3), dan 20 cm (J4). Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA, dan apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan uji Duncan, pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanah mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman semangka. Jarak tanam 5 cm menyebabkan tinggi tanaman, bobot buah, bobot segar pucuk, dan bobot kering pucuk lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Jenis tanah yang menghasilkan tanaman semangka paling baik yaitu tanah Entisol dimana tinggi tanaman, bobot segar pucuk, dan tinggi kering pucuk lebih tinggi dibandingkan di tanah Alfisol, namun untuk bobot buah keduanya tidak jauh berbeda

    Assessing Soil Degradation Status under Different Types of Agricultural Land (Case Study: Jatisrono Sub-district, Wonogiri District, Indonesia)

    Get PDF
    Kecamatan Jatisrono berada di wilayah perbukitan yang menjadikan lahannya rentan terhadap erosi serta aktivitas lahan. Kondisi ini dapat mempengaruhi produksi biomassa dan menyebabkan kerusakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kerusakan tanah, mengkaji faktor penentu kerusakan tanah, serta memberikan rekomendasi pengelolaan tanah di Kecamatan Jatisrono. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2022 pada 36 titik yang mewakili setiap satuan peta lahan (SPL) di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Parameter pengamatan lahan kering dan lahan basah mengadopsi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150 Tahun 2000. Lahan kering meliputi parameter ketebaan solum, kebatuan permukaan, tekstur, bobot volume, porositas, permeabilitas, pH (H2O), daya hantar listrik, potensial redoks, dan jumlah mikroba. Lahan basah meliputi parameter kandungan pirit, kedalaman air tanah dangkal, pH (H2O), daya hantar listrik, dan jumlah mikroba. Metode yang digunakan adalah survei dan deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sebanyak 12 satuan peta lahan (SPL) terdiri dari 6 SPL lahan kering (kebun dan tegalan) serta 6 SPL lahan basah (sawah). Hasil penelitian menunjukkan pertanian lahan kering memiliki tingkat kerusakan tanah rusak ringan serta rusak sedang sedangkan lahan basah memiliki tingkat kerusakan tanah tidak rusak serta rusak ringan. Kerusakan tanah lahan kering sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng sedangkan kerusakan tanah lahan basah sangat dipengaruhi oleh jenis tanah. Faktor penentu kerusakan tanah lahan kering adalah bobot volume, porositas, dan permeabilitas tanah. Faktor penentu kerusakan tanah lahan basah adalah pH H2O tanah. Strategi pengelolaan kerusakan tanah lahan kering dengan meningkatkan bahan organik tanah. Strategi pengelolaan kerusakan tanah lahan basah dengan perbaikan irigasi

    POTENSI LAHAN UNTUK BUDIDAYA PISANG DI KECAMATAN JENAWI KARANGANYAR

    Get PDF
    Banana (Musa spp.) is a tropical fruit that is widely grown in Indonesia as it beneficially increases the farmers’ welfare. However, the wider scale of suitable land still needs to be developed. This study aims to know the distribution of suitable locations for banana cultivation in Jenawi based on the climate conditions. The research was done by making soil map unit, characterizing land’s climate, matching climate conditions with plant growth requirements, and then mapping the suitable location for banana cultivation. The results showed that the agriculture’s climate suitability in Jenawi is classified into two areas: (1) middle - upper/eastern area (not suitable for banana cultivation as it is located in the high area of 2,056 masl with the low temperature 13.8°C and the high rainfall 3,750 mm/year); (2) middle - lower/west area (suitable for banana cultivation as it is located in the lower area of 610 masl with the higher temperature 22.6 °C and lower rainfall 3,333 mm/year. So that the banana plants are potentially developed in the middle - lower/west area of Jenawi i.e. in the Village of Trengguli, Sidomukti, Balong, Lempong, Menjing and Seloromo. The determination of the land suitability class in detail and in terms of the characteristics and quality of the soil can be more focused on the area which suitable climate conditions in order to obtain the land suitability class, limiting factors and improvement efforts

    Planning of Banana Plant Development Based on the Land Conservation Aspect in Jenawi District

    Full text link
    Banana is one type of fruits that is very potential to grow to support food security because it contains source of vitamins, minerals, and carbohydrates. Jenawi District has a dry land area that is potential for the development of banana plants. The purpose of this research was to plan the development of banana plants in accordance with the land conservation aspect against the threat of the erosion. The research was conducted by making land unit map, field survey, analysis of soil sample in the laboratory, and data analysis of erosion hazard level. Land unit mapping was made by overlay method so there were 12 units of land with the same land conditions. Field survey and sample analysis at the observation point was conducted to obtain the parameters: slope gradient, depth of solum, surface unity, slope length, bulk density, soil texture, soil c-organic, and soil permeability. The analysis of land conservation aspects for banana plants was determined from the level of erosion hazard with the USLE (Universal Soil Loss Equation) method. The results showed that the threat of moderate to severe erosion hazard for banana crops was overcome by the efforts of land conservation techniques using a good construction bench terrace. The threat of erosion hazard after land conservation directives is very low to low. The amount of the erosion prediction for banana plant planning in garden is 35.80 t/ha/yr (unit B unit), land use of dry fields is 29.82 t/ha/yr (land unit I), 31.54 t/ha/yr (land unit K), and 13.72 t/ha/yr (unit land L)

    Evaluasi Kemampuan Lahan sebagai Dasar Rekomendasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri

    Get PDF
    Kemampuan lahan merupakan komponen yang digunakan untuk menentukan kesesuaian potensi dengan penggunaan lahannya. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya berpotensi mengalami degradasi lahan. Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai kemampuan lahan, faktor penentunya, dan memberikan arahan penggunaan lahan serta pengelolaannya secara tepat. Penelitian jenis survey ini menggunakan metode purposive sampling untuk pengamatan kondisi di lapangan dan pengambilan sampel. Data hasil pengamatan diolah dengan matching data kemampuan lahan dan uji statistik ANOVA dan korelasi untuk menemukan faktor yang paling menentukan kemampuan lahan di Ngadirojo. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan lahan di Kecamatan Ngadirojo adalah III-l2.d3.b1, IV-d4, IV-l3 dan IV-l3.d4. Faktor yang menentukan kemampuan lahan di antaranya penggunaan lahan dan kedalaman tanah. Arahan penggunaan lahan yang dapat diterapkan berupa sawah, sawah dengan konservasi, dan agroforestry

    Temporal variation in the soil properties and rice yield of organic rice farming in the tropical monsoon region, Indonesia

    Get PDF
    One of the organic farming goals is improving soil properties to support sustainable rice production. This study investigated the soil properties and rice yields under temporal variation of organic rice fields. Soil sampling was conducted in organic rice fields with three temporal variations, namely 0, 4, 7, and 10 years in a tropical monsoon region in Central Java, Indonesia. Variables observed included soil organic carbon, soil carbon stock, soil microbes population, dissolved organic carbon, soil liquid limit, soil sticky limit, soil plasticity limit, soil color changing limit, soil friability, soil porosity, soil total nitrogen, soil total phosphorus, soil available sulfur, exchangeable calcium, cation exchange capacity, total potassium, bulk density, base saturation, exchangeable sodium, exchangeable potassium, and rice yield.  This study confirms that soil organic carbon increased by 51.63% within 10 years (from 1.84% to 2.79%). Organic farming also improved all the physical, chemical, and biological soil properties, by the increase of soil organic carbon. However, soil organic carbon is mostly determined by soil cation exchange capacity, soil total phosphorus, and soil porosity. The mechanism of rice yield increase in organic rice farming is not affected by soil organic carbon directly but through the synergic increase in soil total nitrogen. The 1% increase of soil organic carbon increases 0.065% of soil total nitrogen hence rice yield increases by 1.66 tons ha-1. This study supports sustainable agriculture by providing evidence of improved soil properties under organic farming
    corecore